Menulis Sebagai Media Perubahan Sosial
Oleh : Saiful Huda Ems

Di suatu acara kajian keagamaan di tahun 1992 yg diikuti oleh puluhan org, pernah terjadi suatu kejadian yang cukup menghebohkan. Tujuan dari acara itu sendiri adalah untuk meradikalisasi semangat jihad dari para peserta. Mereka rencananya akan dikirim ke Bosnia untuk menghadapi Tentara Serbia yang saat itu sedang kalap membantai kaum muslimin Bosnia. Namun pada saat akhir acara, penulis secara tidak sengaja berbicara dengan salah seorang kawan penulis. Penulis membahas suatu hadits yang berbunyi: “Tinta ulama jauh lebih berharga dari darah para Syuhada`”. Ktika penulis menyampaikan sebuah hadits ini, tanpa penulis sadari telah didengar oleh salah satu panitia acara tsb. Dan stelah panitia mendengar ucapan penulis yang menyadur salah satu bunyi hadits tsb, panitia langsung maju ke podium dan mengambil pengeras suara. Ia marah-marah dan mengatakan, bahwa orang yang menyampaikan hadits seperti itu adalah orang yang tidak faham dengan Islam. Penulis yang merasa menjadi objek dari kemarahan panitia itu langsung berdiri, dan berdebat dengan panitia tsb. Suasanapun menjadi tegang. Namun syukurlah akhirnya perdebatan itu dapat terselesaikan dengan baik. Hanya saja, keadaan menjadi lain, karena stelah acara itu bubar, ternyata tidak ada satupun dari peserta acara yang jadi berangkat ke Bosnia untuk berjihad. Ini menjadi suatu peristiwa yang berkesan bagi penulis hingga kini. Ada semacam perasaan bersalah, karena ucapan penulis tersebut membuat tujuan panitia acara itu menjadi berantakan. Tapi juga ada perasaan bahagia, karena dengan ucapan penulis itu, sahabat-sahabat penulis dapat mengingat kembali, bahwa tiap diri orang muslim mempunyai beberapa pilihan untuk melakukan jihad. Ada jihad dengan perang (fisik), ada jihad dengan harta, ada juga jihad dengan dakwah melalui orasi, tulisan dll.

Berangkat dari kisah tersebut, penulis bermaksud hendak menjadikan bunyi hadits tersebut sebagai pijakan dalam tulisan penulis ini, kenapa hanya dengan suatu hadits, tujuan suatu acara yang begitu penting dan serius bisa berantakan? Apa yg istimewa dari hadits tersebut? Ternyata kita bisa menebaknya, yakni: hanya karena sebuah tinta ulama yang dihargai Tuhan begitu besar hingga melebihi darah para syuhada`, membuat agenda jihad (perang) menjadi batal !. Penulis tentu tidak bermaksud untuk menihilkan arti sebuah jihad (perang) disini, karena jihad fisik itu juga sangat penting dalam kondisi tertentu Hanya penulis ingin mengingatkan juga pada sahabat-sahabat, bahwa berjihad melalui tulisan itu juga tidak kalah pentingnya dibanding dengan jihad melalui senjata (perang fisik). Karena dengan satu guratan pena seseorang, apakah itu pena dari intelektual sekuler atau ulama muslim, akan membuat suatu perubahan yang sangat besar dalam kehidupan sosial dari zaman ke zaman. Imam Hambali, Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Bukhori, Imam Ghozali dll. bisa dikenal orang dari zaman ke zaman, dan mampu membuat perubahan di masyarakatnya, adalah karena tulisan-tulisannya. Begitupun dari Adam Shmit (Wealth of Nation) hingga Karl Marx (Das Kapital) juga bisa dikenal orang dan mampu membuat perubahan sosial adalah karena tulisan-tulisannya itu. Bahkan karena tulisan seorang Adolf Hitler yang menulis buku Der Kampf, juga mampu menginspirasi Bangsa Jerman atau Ras Aria untuk merubah peta politik dunia di akhir Perang Dunia II. Inilah dahsyatnya Menulis Sebagai Media Perubahan Sosial !.

Sastrawan terkemuka Indonesia, Pramoedya Ananta Toer berkata: “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah…Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Olehnya, jika kita tidak ingin hilang di dalam masyarakat dan tidak ingin hilang dari sejarah, silahkan menulis !. Karena menulis adalah suatu ikhtiar terdahsyat manusia untuk dapat melakukan perubahan sosial !. Rezim Otoriter dimanapun selalu takut dan cemas dengan tulisan, dan tulisan itu mestilah tulisan kritis tentunya. Berkat tulisan, seorang bisa menjadi terangkat namanya, dan kemudian terpilih menjadi presiden suatu negara. Dan ingat, berkat tulisan pula, seorang presidenpun bisa jatuh dari singgah sana kekuasaannya. Tulisan itu mempunyai pengaruh penting di dalam kehidupan masyarakat. Membongkar Gurita Cikeas yang ditulis George Junus Aditjondro adalah contoh kontemporer dari pengaruhnya sebuah tulisan dalam kehidupan masyarakat.

Menulis, apapun bentuknya sangatlah perlu dilakukan. Apa itu menulis artikel, esai, novel, cerpen, puisi dll. Menulis adalah bentuk aktualisasi ideologi, pikiran atau perasaan seseorang. Dan aktualisasi ideologi, pikiran atau perasaan seseorang ini tak akan punya arti apa-apa jika tidak ditujukan untuk melakukan proses rekayasa sosial demi terciptanya perubahan masyarakat yang lebih baik.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika hendak memulai menulis: Pertama: Tema tulisan harus menarik, dan sebisa mungkin membahas persoalan aktual. Kedua: Isi tulisan tidak boleh berbau SARA, usahakan tulisan tersebut mampu menginspirasi orang untuk berbuat kebaikan. Ketiga: Perhatikan tata bahasa dan tanda bahasa dengan baik. Harus sistematis, sopan, dan memperhatikan titik dan komanya secara jelas. Beri argumentasi ilmiah yang kuat, sehingga menyulitkan pembaca untuk mendebat tulisan anda. Karena tujuan menulis adalah membentuk opini pemikiran, kecuali itu tulisan yang sifatnya informasi belaka atau berita. Keempat: Usahakan tulisan anda tidak terkesan mengguruhi pembaca, yang membuat sifat dasar manusia (egois) tertantang keluar. Kalau ini yang terjadi, maka anda sebagai penulis yang bertujuan untuk melakukan perubahan masyarakat yang lebih baik akan gagal. Kecuali anda bermaksud menulis itu untuk membuat pembaca membenci anda dan kemudian mereka terjebak pada setting awal agenda rahasia tersembunyi anda dibalik tulisan tersebut. Ini biasanya adalah tulisan agitasi propaganda. Kelima: Awali dan akhiri tulisan anda dengan kata-kata yang paling menarik dibaca dari semua isi tulisan anda. Keenam: Agar tulisan anda tepat sasaran untuk melakukan proses rekayasa sosial, maka anda sebagai penulis harus tahu dengat tepat dan cermat, kapan momentum yang tepat untuk mempublikasikan tulisan anda. Karena, meski tulisan anda sangat aktual untuk dibaca, tapi jika anda tidak mengetahui momentum yang tepat untuk mempublikasikan tulisan anda, maka tulisan anda akan menjadi bumerang bagi anda sendiri !. Ketujuh: Ini adalah rahasia sukses dari para penulis, hendaknya anda jadi pembaca yang baik sebelum menjadi penulis yang baik. Membaca adalah jendela untuk membuka cakrawala intelektual anda. Tanpa banyak membaca, tulisan anda tak akan punya bobot intelektual yang dapat diperhitungkan !. Akhirul kalam: menulislah, agar anda tidak tenggelam dalam gelombang zaman !...Wallahu `alamu bissawab….

Bandung: 21 Februari 2010.

Category: | 0 Comments